Dibuat pada : 31 Agustus 2016
Oleh : Muhammad Syarif Hidayatullah
Saat matahari terbit, di sebuah sungai nan keruh, ada seorang anak laki-laki yang berpenampilan serba hitam. Celananya panjang selutut, kaosnya lengan pendek dan banyak lubang sebesar kelereng di bagian dada. Sebut saja ia Budiman. Dengan bertelanjang kaki, Budiman berjalan di tepian sungai. Tangan kanannya memegangi ember yang berisi cacing hidup. Tangan kirinya memegangi pancing panjang yang terbuat dari bambu berdiameter kecil yang disandarkan pada bahunya, seolah nampak seperti tentara yang membawa senjata. Tiba-tiba.... “Jeggguuuuuurrrrr!!!”, Budiman terjatuh ke sungai, kakinya yang juga hitam itu tak sengaja menginjak kulit semangka. Untungnya, sungai itu hanya sedalam dadanya. Alhasil, ember yang dibawa Budiman terlempar ke atas. Anehnya Budiman malah tersenyum. Oh rupanya kawan.. Budiman terfokus pada seorang gadis yang sedang memakan buah semangka di tepian sungai itu. Disela-sela senyum Budiman, tanpa disadari ember yang terlempar ke atas itu perlahan-lahan jatuh dan sialnya tepat di kepala Budiman.
“Plekkkk!”, suara ember yang terjatuh. Budiman pun mulai tersadar dari fokusnya tetapi masih merasa bingung.
“Astaga, siapa yang mematikan lampu di sungai pagi-pagi begini? Dan ah... kok dingin sekali ya...”
Budiman yang masih merasa bingung terdiam beberapa saat di sungai itu.
Tak lama kemudian seorang prajurit yang entah darimana datangnya, tak sengaja lewat di tepian sungai. Ia mengamati keadaan sungai, dan menyadari ada keganjilan disana. Bukan soal Budiman, namun sesuatu yang biasanya tidak ada. Seekor reptil yang sedang berenang. Terlihat jelas ekornya yang panjang meruncing berenang meliuk-liuk, serta mulutnya berbentuk moncong panjang. Ia berenang mengikuti arus (ke arah Budiman berada).
“Hewan apakah itu?”, tanyanya dalam hati.
“Apa mungkin itu katak? Ah tidak, katak tidak sepanjang itu. Mungkin itu sejenis umbi-umbian. Ya umbi-umbian. Eh.. bukankah umbi-umbian tidak hidup di sungai? Lantas itu apa?”.
“Itu buaya pak!!!”, teriak Budiman dari kejauhan. Dia nampak masih di dalam sungai, dengan ember yang sudah ia lepaskan.
“Ooooow buaya...”, jawab tentara dengan nada senang, karena pertanyaannya sudah terpecahkan. Tapi tiba-tiba saja ia kaget, “Haaaaaa.. kalau kamu tahu itu buaya terus kamu kenapa masih berendam di sungai nak! Cepat naik! nanti kamu bisa dimakan lho..”.
“Oh iya pak! Ini juga mau naik kok”, dengan nada santai.
Sialnya, saat hendak melangkah ke atas. Kaki Budiman yang tadinya lincah kini tiba-tiba tidak bisa bergerak.
“Aduhhh! Kenapa dengan kakiku? Kok tiba-tiba tidak bisa aku gerakkan.”
“Ayo naakkk cepetan naik! Buaya sudah semakin dekat!”, seru sang tentara.
“I.. i.. iya pak! Ta.. tapi...”
“Tapi kenapa??”
“Anu pakk..”
“Anu kenapa? Jangan buat saya jadi pingsan.”
“Dua kaki saya....”
“Iya.. kakimu memang dua, bapak juga tahu. Yang penting kamu cepetan naik ke atas!”
“Tidak bisa digerakkan pak dua kaki saya!”
“Apa????”, seketika tentara yang gagah perkasa tersebut pingsan. Namun beruntung, ia tidak sampai tercebur ke sungai.
Melihat tentara pingsan, Budiman hanya bisa pasrah. Mungkin ini takdir yang harus dijalaninya. Buaya yang nampak ganas itu kian mendekat. Karena tak tahan, Budiman lantas menjerit sekeras-sekerasnya. “Aaaaaaaaaaaaaaarrrrgghh!!!”.
Gadis yang tak jauh dari Budiman itu pun bergegas menghampiri Budiman. “Mas, kenapa kok teriak-teriak?”, dengan lembut gadis manis berlesung pipit itu bertanya. Budiman yang tadinya berwajah histeris, kini berubah bermuka manis setelah kehadiran gadis itu. Namun rasa ketakutannya masih tidak bisa ia sembunyikan. Budiman pun menjelaskan sejelas-jelasnya alasan ia teriak kepada gadis tersebut. Dan....
“Hahahah, jadi itu sebabnya mas teriak?”, tawa si gadis.
“Iya, hem sepertinya kamu bahagia ya? gak punya perasaan.”, jawab Budiman sedih.
Selang beberapa detik, mulut buaya itu menyentuh kulit tubuh Budiman. Budiman histeris, namun sang gadis yang menyaksikan itu malah riang gembira. Apa yang terjadi?
“Bagaimana mas rasanya?”, dengan sedikit senyum gadis bertanya.
“Aneh, kok saya gak digigit?”,
“Ya jelas dong! Coba geh mas pegang”,
“Iya, loh kenapa ini teksturnya empuk, halus, tidak seperti kulit buaya, atau jangan-jangan ini sejenis umbi-umbian yang menyamar menjadi buaya???"
"Duh mas ini, mana mungkin ada yang seperti itu?"
"Atau mungkin?"
"Mungkin apa mas?",
"Mungkin ini seekor buaya yang menyamar menjadi umbi-umbian!",
"Ya ampun mas, ngawur aja mas ini, ini itu roti khas betawi. Namanya roti buaya!",
"Roti buaya, tapi aneh, siapa yang bikin? dan buat apa roti buaya ini ada di sungai?”, tanya Budiman. Sang gadis yang agak jengkel karena pemikiran Budiman yang gak jelas itu menjawab, “Itu aku yang bikin mas, coba deh lihat bagian atas roti itu. Disitu ada tulisannya.”
Budiman pun menuruti apa kata sang gadis dan mulai membaca, “Oh iya ada tulisannya, ‘Happy Anniversary 8th MyWapBlog.com!’. Ya Tuhan! Aku baru tahu kalau MyWapBlog sedang ulang tahun, walah belum ngucapin lagi”.
“Ya sudah mas gak usah panik, sekarang mas naik dulu, sini aku bantu naikin”, sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya. Budiman pun sangat senang sekali, ketika hendak memegang tangan gadis itu tiba-tiba dari kejauhan ada suara teriakan, “Jangan nak! Biar bapak saja yang bantu naikin mas ini!”, ternyata tentara yang pingsan tadi sudah terbangun. “Nanti tangan lembutmu bisa amis karena tersentuh tangan mas itu.”, sambungnya. “Oh iya benar kata bapak tentara itu.”, kata Budiman kepada gadis yang padahal berharap bisa menyentuh tangan si gadis.
Setelah naik, mereka bertiga bercakap-cakap soal kejadian tadi.
“Oooh.. jadi itu roti buaya yang dibuat khusus untuk perayaan hari jadi MyWapBlog yang ke delapan.”, kata tentara.
“Iya pak benar, ngomong-ngomong apa bapak tahu tentang MyWapBlog?”, tanya sang gadis.
“Tentu saja, siapa yang tidak tahu MyWapBlog? Situs penyedia Blog yang sangat friendly, mudah digunakan di berbagai perangkat. Bahkan di ponsel sekelas java pun lancar jaya.”, jawab tentara.
“Jangan lupa pak, para penggunanya pun ramah tamah, suka berbagi banyak hal, tidak sombong, pandai-pandai, dan rajin menabung.. eh”, sahut gadis.
Tiba-tiba saja Budiman yang diam berdiri menghadap ke arah sungai dan berteriak,
“Selamat ulang tahuuuun EM.. WE.. BE.. yaaang keee delapaaan!”,
Sang gadis yang tercengang, lalu ikut-ikutan juga,
“Happy Anniversary yang ke delapan, kebanggaankuuuu, MyWapBlog! Terimakasih Mister Arvind. Terimakasih semuanyaaaa!”,
Dan terakhir, bapak tentara. Dia masih diam, masih diam. Setelah Budiman dan gadis duduk, bapak tentara tiba-tiba berdiri ke arah sungai.
“Terimakasih banyaaaaak MyWapblog atas dedikasimuuu! Akan selalu ada ruang untukmu di hati kami, rakyat Indonesiaaa, pemuda Indonesiaaa!”,
Setelah kejadian ini, mereka bertiga menjadi teman yang akrab. Dan bagi mereka, ini merupakan sebuah pengalaman yang tidak akan mungkin bisa untuk dilupakan.
Dan usailah sudah kawan cerita singkat, “Misteri Buaya di Sungai” yang tenyata bukan buaya asli. Hanya sepotong roti buaya, namun itu dapat membuat Budiman, Bapak tentara, dan seorang gadis menjadi teman yang akrab. Karena kecintaan yang sama, rasa yang sama, akan satu hal. Apa itu? Tentu saja “MYWAPBLOG”. Begitu pula dengan kita semua sobat. Admin secara pribadi mengucapkan ribuan terima kasih kepada kawan-kawan, para sahabat, umumnya para pengguna MyWaBlog, serta khususnya para master yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu dan terutama kepada sang pendiri MyWapBlog. Karena kalian semua, saya ada disini dan bisa berkarya membangun MyWapBlog tercinta. Dan terimakasih sahabat semua yang telah berkunjung di gubuk saya yang sederhana ini! :)
aku kira beneran ada orang yang dimakan buaya pada cerita ini.?
BalasHapusYa untungnya aku bacanya sampai akhir dan tahu ternyata buaya itu adalah sebuah roti yang di bentuk seperti seekor buaya.
Cerita yang unik sob, semoga sukses ya buat artikel kontesnya.
Salam.
Anjrit, saya mengira kakinya gk bisa digerakin karena kram atau sudah tidak ada kakinya lagi.
BalasHapusSukses deh buat cerpennya.
Tengok punyaku juga gan!
@Jeni bachelor,
BalasHapusSalam balik sob! Oke terimakasih sudah baca ceritanya, walaupun mungkin agak aneh ya hehe
Thanks atas kunjungannya sob :)
@Wawan Débonk,
BalasHapusHahaha cari yang unik sob, wokeh segera meluncur!
Cerpen yg bagus sob, sukses follow. Ditunggu Folbac nya ya...
BalasHapusEalah tadi tak kira buaya beneran ternyata kue berbentuk buaya. :)
BalasHapusHaha ternyata buaya itu hanya sebatas roti buaya :D kocak nih
BalasHapusMenghibur cerpen y gan...
BalasHapuswah ceritanya keren gue pikir nih orang mau dimakan. Salut deh atas ceritanya.
BalasHapusTapi bukannya nama panitia nggak boleh diikutsertakan. :)
Aku mau dong dimakan buayanya.. Kan enak..:D
BalasHapusternyata roti!!
kirain buaya beneran.. :lol: itu tentara humoris bnget? :D
BalasHapusmantap gan, sukses ya gan
BalasHapusOh ini cuman cerita tentang Roti Buaya ...kirain beneran.
BalasHapusKalau beneran abis tu riwayat si tentara itu di makan buaya.
Jadi membayangkan segede apa kue buaya itu? semua user kebagian kan?
BalasHapusroti buaya ya, tapi kok bisa pingsan tuh prajurit lihat roti buaya. prajuritnya buaya darat kali ya.:)
BalasHapusAyo sobat-sobat selebrasi-kan luapan kegembiraan anda di Mywapblog Anniversary contest 2016 dengan kata-kata aneh, unik dan menarik untuk menambah meriahnya pesta ulang tahun Mywapblog yang ke 8 ini.
BalasHapusAyo kunjungi blog saya. Seru sob!